Kisah Eko Petani Tembakau di Pati, Miliki 2 Hektar Lahan - Bisa Biayai Kuliah Anak
Pati - Seorang petani tembakau asal Desa Sumberagung Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati ini terbilang sukses hingga bisa membiayai kuliah anaknya. Semula dia merupakan petani jagung yang beralih ke tembakau karena potensi penghasilan cuan mencapai puluhan juta sekali setor.
Dia adalah Eko Novin Arifianto (42) warga Sumberagung. Saat ke lokasi, Eko sedang mengeringkan tembakau di atas rigen atau slepen samping rumahnya. Di bawah terik matahari yang panas, Eko sibuk memilih tembakau yang dianggap jelek.
Di rumahnya terdapat banyak daun tembakau yang akan dikeringkan. Selain itu juga ada tembakau yang siap dikirim ke Rembang.
"Ini sedang proses penjemuran tembakau. Untuk kualitas tembakau tahun ini dibanding tahun kemarin lebih bagus tahun kemarin karena kondisi cuaca saat ini masih ada hujan. Jadi mengurangi kualitas tembakau," kata dia saat berbincang ditemui di ruamahnya pada Senin (29/9/2025).
Dia mengatakan proses pengeringan biasanya membutuhkan waktu dua hari dua malam. Itu pun jika cuaca tidak mendung. Sebab jika mendung kualitas tembakau akan berwarna hitam dan mengurangi harga jual.
"Seperti ada ketebalan daun menjadi berkurang jadi agak tipis sehingga nilai jual kurang juga," terang dia.
Eko menjelaskan dirinya memiliki lahan sawah seluas 2 hektare. Sawah itu dia tanami dengan tanaman tembakau. Sekali panen, Eko bisa mendapatkan 4 ton tembakau.
"Untuk tahun saya pribadi menanam 2 hektare untuk produksi sekitar 4 ton. Tahun kemarin hampir 4 ton lebih," ujarnya.
Eko mengaku tidak mudah merawat tanaman tembakau. Sebab cuaca yang tidak pasti, kadang hujan memengaruhi kualitas tembakau.
"Pertama cuaca, ini kan kadang panas tinggi lalu tiba-tiba hujan. Nggak ada perawatan khusus, terpenting cuaca panas saat pengeringan," ungkap Eko.
Eko mengaku bulan Juli sampai September merupakan panen raya. Biasanya hasil panen tembakau yang setelah dikeringkan dijual kepada pihak kemitraan perusahaan pabrik di Rembang.
"Untuk tembakau ini kemitraan dengan pihak perusahaan yang ada di Rembang. Untuk pasar sudah terjamin karena hasil tembakau ini diserap dari perusahaan," jelasnya.
Lebih lanjut, Eko mengaku bisa mengirim sekitar 5 kwintal tembakau. Itu harganya Rp 38 ribu sampai 40 ribu per kilogram. Dia mengaku sekali setor bisa mendapatkan uang mencapai Rp 20 juta.
"Itu total semua bisa mencapai Rp 18 juta sampai Rp 20 juta sekali setor. Kalau setor seminggu sekali. Musim panen itu bisa petik sampai 4 sampai 5 kali," jelasnya.
Eko mengaku sebagai petani tembakau lebih menjanjikan dibandingkan menanam tanaman seperti jagung. Dia mengaku mulai menekuni petani tembakau sejak tahun 2018 silam. Awalnya dia mendapatkan sosialisasi dari Dinas Pertanian Pati bersama pihak kemitraan.
"Dulu bertani cuma fokus bertani, petani jagung karena harga pasar tidak menentu sehingga saya beralih ke tanaman tembakau. Saya tanam tembakau sejak tahun 2018," jelasnya.
Dian menjadi petani tembakau sudah tujuh tahun ini. Berkat menanam tembakau bisa meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Bahkan bisa membiayai anak semata wayang kuliah di Yogyakarta.
"Alhamdulillah untuk hasil bisa untuk sehari-hari dan selebihnya kebetulan anak saya sudah kuliah di Yogyakarta semester 3 ini," ujarnya.
Terpisah Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Dinas Pertanian Kabupaten Pati, Sugiharto menjelaskan jumlah petani tembakau di Pati mengalami peningkatan.
Dia mencatat seperti pada tahun 2024 terdapat 1.307 petani tembakau. Luas lahan 938 hektar dengan rajangan kering ada 1.730 kilogram per hektare.
"Pada tahun 2025 jumlah bertambah menjadi 1.656 petani dengan luas 1.171 hektare. Jumlah rajangan masih didata tahun ini," terang Sugiharto.
Dia mengatakan pihaknya rutin memberikan sosialisasi kepada para petani. Para petani diberikan pilihan untuk menanam tembakau di daerah yang airnya kurang.
"Pertama bagi petani setiap tahun ada sosialisasi tembakau ini nanti cocok ditanam di daerah airnya kurang. Nantinya kami juga ada Asosiasi Petani Tembakau yang kemudian bisa dibantu kurang jelas bisa berkoordinasi dengan asosiasi, pihak kemitraan dan dari dinas," jelasnya.
Tidak hanya itu, dinas memberikan bantuan modal kepada para petani. Hal ini diharapkan membantu kekurangan dan kendala yang dihadapi petani tembakau.
"Kami memberikan pilihan bahwa memang benar dari analisa pertanian untuk situasi seperti ini artinya setelah musim tanam kedua memang air relatif kurang dan biasanya petani nanam jagung kemudian nanam tembakau. Dari segi yang sudah-sudah menanam dari usaha tani tembakau ini lebih baik dari segi pendapatan," jelasnya.
Sugiharto mengatakan dinas menggandeng pihak kemitraan dari Rembang. Mereka akan menyerap hasil panen tembakau dari petani.
"Kemitraan ada kepastian pasar. Nilai tidak sama dengan petani lain tergabung dengan kualitas yang dihasilkan petani. Kualitas karena beberapa kali hujan ini mempengaruhi hasil kualitas," jelasnya.
Dengan demikian, Sugiharto berharap adanya beralih ke petani tembakau ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Pasti lebih sejahtera kami ditugasi Pak Bupati untuk sosialisasi komoditas tembakau untuk daerah yang cocok. Tentunya ini menjadi pilihan petani untuk bisa dipilih dibudidayakan dan memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas yang lain," pungkas Sugiharto.




Posting Komentar untuk "Kisah Eko Petani Tembakau di Pati, Miliki 2 Hektar Lahan - Bisa Biayai Kuliah Anak "