Petani Milenial di Pucakwangi Pati Siap Dukung Program 10 Ton Bisa
Pati - Petani milenial bernama Didik Tri Cahyono (29) warga Desa Jetak Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati membagikan kisah suksesnya bertani padi. Tak main-main dari usaha bertani, Didik bisa mendapatkan uang puluhan juta setiap panen.
Didik tengah sibuk mengeringkan gabah hasil panen musim tanam kedua ini. Dia sebelumnya panen padi di sawahnya seluas satu hektare.Kini dia telah memanen padi. Bahkan di sawah seluas satu hektare ini, Didik bisa memperoleh gabah hampir 10 ton. Jumlah itu sebenarnya sulit bagi petani di sawah yang irigasinya tergantung dengan curah hujan."Hasil panen kali ini cukup lumayan karena hampir 10 ton dalam 1 hektare di musim tanam yang kedua ini," jelas pada Kamis (29/5/2025).Menurutnya panen sebelumnya hanya memperoleh 7 ton gabah. Bahkan sebelumnya juga tidak sampai 7 ton. Namun petani berusaha dan bekerja keras untuk merawat dan pemupukan tanaman padi."Kita mencoba untuk membantu dan berusaha untuk meningkatkan panen supaya bisa membantu program pemerintah dimana 1 hektare bisa mendapatkan hasil panen 10 ton," kata dia.Menurutnya persawahan di daerah Pucakwangi berbeda dengan daerah Pati lainnya. Sebab untuk irigasi hanya mengandakan dari musm hujan. Maka petani di sini menanam padi hanya musim tanam pertama dan kedua. Selain itu mereka menanam palawija."Di daerah Pucakwangi cukup berat karena di sini itu lahan tidak irigasi, kemudian kontur tanah yang berbeda dengan sawah di Pati lainnya. Mungkin untuk di wilayah Pucakwangi dalam 1 hektare 7 sampai 8 ton itu sudah bagus," jelasnya."Di sini 2 musim tanam padi, yang musim tanam ketiga biasanya palawija," dia melanjutkan.Lebih lanjut, karena musim kemarau yang masih sering turun hujan berdampak bagi petani. Karena tanaman mereka kondisinya lebih bagus dan tidak diserang hama sampai rusak parah."Untuk padi tidak ada hawa yang cukup signifikan, karena perawatan sekali kita utamakan kita antisipasi sebelum terserang terlalu banyak. Untuk serangan hama kami masih menggunakan pupuk kimia," terang dia.Didik menjelaskan harga gabah saat ini cenderung baik. Yakni Rp 7,3 ribu sampai Rp 7,5 ribu per kilogram. Tak ayal harga tersebut membuat petani tersenyum karena mendapatkan hasil panen yang melimpah."Harga gabah terakhir Rp 7,3 ribu per kilo, kalau sekarang masih di harga sama, tetapi informasi dari para tengkulak bisa mencapai Rp 7,5 ribu per kilogram. Kalau di wilayah normal," jelasnya.Koordinator Balai Penyuluh Pertanian, Yahman mengatakan pihaknya memberikan pendampingan bagi petani padi. Mulai dari mengolah lahan, mengatasi hama, hingga saat panen. Yahman berharap peningkatkan panen ini bisa menopang swasembada pangan yang dicanangkan oleh pemerintah."Mendampingi petani mereka ini memilih benih padi, terus bagaimana mereka mengolah lahan, kemudian bagaimana mengatasi hama, kemudian sampai perawatan dan panen," ujarnya."Sehingga kedepan bisa menyokong program pemerintah daerah dan nasional," dia melanjutkan.Camat Pucakwangi, Udhi Harsilo Nugroho menjelaskan pemerintah daerah memiliki program 10 ton bisa. Maka pihaknya bersama petani untuk bekerja sama mewujudukan kemandirian pangan di Pati."Kami selaku pemerintah kecamatan untuk intruksi program 10 ton bisa, maka kami bersama dengan PPL pertanian kemudian dengan pemerintah desa, maka kami terus bergerak ke masyarakat khususnya petani di desa-desa dan alhamdulillah kami menemukan petani milenial yang memiliki potensi untuk mencapai 10 ton bisa di sawah hektare," ujarnya.
Posting Komentar untuk "Petani Milenial di Pucakwangi Pati Siap Dukung Program 10 Ton Bisa"